Senin, 26 Juni 2017

LOGIKA, MATEMATIKA, DAN KREATIFITAS

Apakah kamu mesin? Jika tidak apakah kamu lebih cerdas dan lebih hebat dari mesin? Jika kamu berkata "ya". Kamu orang yang bodoh, sombong dan bohong.

Mesin memang diciptakan oleh manusia, dibuat oleh pikiran dan otak manusia tapi tau kah kamu betapa cerdas dan hebat kemampuan mesin saat ini, mulai dari perangkat yang kamu gunakan untuk membaca blog ini, seberapa mampu kamu bisa hidup tanpa perangkat yang kamu ginakan saat ini? Saya tak yakin kamu bisa menjalankan aktifitas tanpa mesin walaupun cuma sehari.

Jadi sekarang siapa yang lebih hebat mesin atau kamu?
Jika kamu adalah mesin jangan tersinggung aku sedang menyanjungmu, jika kamu adalah manusia dan berfikir saya (penulis) ini gila dengan menyangka pembaca adalah mesin, maka kamulah yang gila dan bodoh, jangankan membaca saat ini mesin dapat membaca lebih cepat membaca milyaran artikel kurang dari kedipan mata kamu, search engine (ex. Google) yang sering kalian gunakan adalah salah satu contoh kecil dari penciptaan dan penggunaan mesin yang dinamakan "bot"

Mesin mampu menghitung lebih cepat dari yang kamu bisa bayangkan . Lalu sekarang siapa yang lebih cerdas dan hebat?

Sekarang saya akan bercerita tentang pendidikan dan sedikit kaitannya dengan kehidupan dunia.

Ketika sd saya bukan orang yang pintar tapi saya merasa mempunyai cara berfikir "logika" penalaran yang berbeda dari orang lain. Saya tidak pintar karena saya baru bisa membaca dikelas 2 sd yang dimana teman-teman saya sudah bisa membaca dari sebelum masuk sd, dan dari kelas 1-3 sd saya selalu mendapatkan nilai merah (kurang dari 5) di atas 3 mata pelajaran.

Dan dulu saya sempat berfikir jika saya sudah bisa membaca tugas saya sekolah itu selesai atau jauh lebih mudah. Tapi ternyata semua itu salah dan ternyata ada hal baru yang sangat mengerikan yaiti "matematika".

Saya sangat benci matematika, karena saya harus menghafal simbol2 dan yang lebih parahnya lagi harus menghafal ratusan pertambahan dan perkalian sekaligus hasilnya. Karena saya sulit menghafal dan pelupa dan itu sebabnya saya susah untuk bisa membaca dulu. Itulah model pembelajaran disekolahku dulu.

Tapi kebodohan itu tak lama ketika ibuku berkata "matematika itu ga perlu dihafal nak tapi dipahami (dinalarkan,dilogikakan)"
Ketika itu saya merubah sendiri kebiasaan belajar matematika dari guru memberi tugas saya untuk mengahfalkan tapi saya tidak turuti saya tidak menghafal model perkalian itu tapi saya pahami makna dari perkalian itu.

Memang hasilnya tidak memuaskan ketika guru memberikan kuis siapa yang dapat menjawab duluan dia yang bisa pulang lebih dulu. Saya selalu pulang paling akhir karena semua teman saya hafal karena menghafal perkaliam itu.

Sedangkan saya menghitungnya terlebih dahulu. Sejenak saya berfikir mungkin guru saya benar saya harus menghafal semua perkalian itu. Saya berusaha keras menghafal sampai perkalian seratus tapi semua itu percuma karena saya pelupa. Lalu saya kembali dengan "cara" saya sendiri dengan berlogika dan "berimajinasi" karena saya selalu menghitung dengan cara saya sendiri yaitu dengan mengimajinasikan logika saya kedalam suatu tayangan diotak saya dan membuat rancangan aturan matematis didalam pikiran saya.


Dan ketika itu "cara" saya mulai terasa ketika tingkat belajar dikelas 4, 5 dan 6 sd sudah tidak mengandalkan hafalan lagi. Semua lebih abstrak dari matematika. Ternyata saya sudah terlatih dari awal belajar dengan cara berlogika dan menalar. Saya seperti mempunyai kekuatan super selama kelas 4, 5 dan 6 sd yang tadinya anak yang paling bodoh hingga jika seorang guru mengajukan pertanyaan penalaran apapun dari matematika yang kompleks hingga permasalahan sosial saya yang selalu menjawab pertanyaan itu. Sampai saya mendapatkan peringkat satu paralel disekolah sd saat itu.


Ketika SMP semua itu terulang hampir aemua guru mengajar dengan menulis buku, membaca buku, dan menghafal buku yang sangat membosankan dan juga saya tidak terlalu banyak belajar karena kondisi ekonomi keluarga yang membuat saya tidak begitu fokus untuk memikirkan sekolah.  Yang akhirnya nilai un matematika saya 5,... dengan rata2 nilai lain 7,...

Tapi Alhamdulillah saat itu masuk SMA dengan jalur test akademik sebelum UN dilaksanakan. Jadi saya tidak terlalu khawatir.

Saat jaman SMA saya adalah orang paling aneh dikelas bahkan di SMA karena saya mulai belajar filsafat tentang apa arti logika, kehidupan dan lain-lain. Sampai saya selalu tidak pernah berhenti bicara disamping teman kelas saya tentang filsafat dan ternyata responnya saat saya bicara tidak mengerti dan ternyata dia bilang ke teman yang lain saya banyak omong ga jelas 😂 haduuh kirain dengerin ternyata malah dibully saya.

Karena saya dulu jauh dari orang tua saya dijawa dan ortu di depok. Saya sering bolos sekolah karena pulang ke jakarta dan karena waktu itu sempat sakit dan ketika sembuh ternyata ortu saya belum punya uang lebih untuk membiayai saya berangkat ke jawa yang akhirnya saya bolos hampis seminggu tidak masuk sekolah. Bisa dibilang saat SMA itu lebih berat ujian kehidupan daripada ujian sekolah terhitung ada sekitar 5 guru yang menghina saya tanpa tabayun dengan menanyakan secara pribadi terlebih dahulu.

Mulai dari "itu yang namanya sugeng mending keluar aja dari sma ini", "kamu itu malas sekali ya mas", "dasar bodoh kamu", "mas kamu ga bakal bisa lulus" 😂😅

Bodo amat ketika yang ngomong orang atau kerabat. Tapi ketika yang ngomong itu guru rasanya jlebb.. daarr... gitu dahh..

Tapi ternyata masih ada guru yang baik dan tabayun ke saya namanya bu Asih dia guru BK di SMA saya ketika itu saya dipanggil katanya saya mau ga naik kelas wkwk gara-gara sering telat dan ga masuk. Tapi setelah saya cerita malah bu Asihnya yang nangis 😂. Terus saya berfikir emang semenyedihkan itu apa ya? Dan baik banget dia ngasih kontaknya dan bilang kalo ada apa2 bilang aja ke ibu. Dan sampai sekarang saya lupa save nomernya dan ilang 😑😣 duh bloon.

Ya Allah... ngapain si bacain tulisan kaya ginian wkwk. Ga ada kerjaan lu ya? Wkwk
Canda.. deng.. lanjut...

Ketika SMA mulai lah terjadi pergeseran pemikiran serta batasan batasan yang mulai saya pahami. Batasan moral yang tergantung oleh mayoritas pandangan yang abu-abu san kabur yang sebenarnya itu jelas hitam dan putih tetapi karena kepentingan banyak orang sehingga menjadi kabur contoh kecilnya adalah "mencontek dan manipulasi".

Ketika saya belajar di SD, SMP, dan SMA  bahkan di perkuliahan pun semua guru punya ciri khas masing2. Tetapi jika cara belajar dengan membaca, menghafal, catat buku sampai habis memang akan masuk kedalam otak sebagai informasi tapi apakah informasi itu digunakan dikehidupan nyata?.

Apa bedanya kita dengan mesin?
Ketika kalian sekolah belasan tahun ta mat sd, smp, sma bahkan d3 atau s1 akan menjadi seonggok pengangguran atau karyawan yang hanya digaji dengan uang besin.

Lalu apa bedanya dengan mesin?
Mesin bisa membaca, menghitung, mencari, mengerjakan sesuatu jauh lebih cepat tanpa henti dan tanpa rasa lelah dan rasa kantuk.

Lalu apa gunanya sekolah?
Sekolah tetap penting bisa membaca, menghitung memang penting. Tapi yang lebih penting adalah "cara" mengetahui proses agar kamu bisa menggunakan informasi yang kamu dapatkan disekolah untuk kehidupan nyata.

Cara untuk menggunakan informasi itu yang dinamakan "kreatifitas" itu yang harusnya diajarkan disekolah-sekolah. Itu yang membedakan manusia lebih hebat dari pada mesin.

Mesin tidak punya perasaan jika dia rusak dibuang atau diganti komponen. Seperti guru yang pernah menghina saya "itu yang namanya sugeng mending keluar aja dari sma ini" cara seperti ini menurut saya cara yang salah karena seharusnya dia melakukan tabayun terlebih dahulu kepada saya. Karena manusia itu bukan mesin.

Jika sekarang kamu belajar aturan2 yang dibuat orang lain tanpa pernah membuat aturan versi kamu sendiri kamu akan sulit mempunyai aturan kamu sendiri.

Tanpa kamu sadari semua pelajaran adalah penalaran dan logika. Bahakan dalam pelajaran sejarah pun ada hubungan sebab dan akibat. Bukan murni hafalan.

Seperti matematika. Matematika adalah aturan yang disepakati orang banyak yang dibuat oleh manusia terdahulu yang berbasis pada logika.

Jika kamu hanya berfikir matematika itu hanya 1+1=2 maka kamu salah besar dalam logika biner 1+1= bisa 0 bisa 1 tergantung aturan yang digunakan.

Jadi pada dasarnya adalah suatu rangkaian aturan yang masuk akal. Untuk mencari rumusan yang baru dan lebih kompleks.

Ketika mencari luasan dari bangun datar tanpa kita sadari rumus dasarnya adalah kotak = alas*tinggi sehingga berkembang rumus segitiga = 1/2*alas*tinggi. Semua karena penalaran bahwa segitiga adalah setengah dari bentuk kotak.

Jadi jangan terlalu fokus pada aturan orang lain, buatlah aturan kamu sendiri dengan kreatifitas kamu dengan segala informasi yang kamu punya untuk bermanfaat bagi kehidupan kamu.


Tidak bermaksud untuk menjelek-jelekan pihak manapun tokoh yang menurut saya kurang baik tidak disebutkan namanya. Jadi jangan heboh sendiri.
Mohon maaf setelah kamu baca ini jadi gila dan mual-mual.

Best regards.
Muhamad Sugeng Riyadi

0 komentar:

Posting Komentar